Jomblo Kronis
“Ihh..!” seru Chida nggak suka waktu melihat si playboy Reza merayu-rayu Juno, anak sebelah. Bahkan Chida sempat memutar bola matanya melihat kejadian itu.
“Kenapa lo?” Tanya Yolia padanya. Chida dan Yolia baru saja dari kantin. Sebentar lagi jam masuk selepas istirahat bakalan usai. Chida barusan tanpa sengaja melihat acara rayu-merayu Reza pada Juno yang dilakukan di depan kelas Juno. Entah rayuan apalagi yang dilakukan cowok itu kali ini, yang jelas chida gak mau tahu. Tak urung juga, gara-gara itu Chida sempat menghentikan langkahnya di koridor menuju kelas mereka. “Lihat itu!” ujar Chida sedikit ketus sambil memandu mata Yolia untuk melihat apa yang sedang dilihatnya, lalu kembali melanjut kan langkah kaki nya yang sempat terhenti tadi.
“Udah biasa kali Reza kayak gitu. Kalo dia nggak kayak gitu lagi, baru aneh namanya,” ujar Yolia menampali sambl tersenyum. “Hemmm….. lo cemburu ya?!”
Chida praktis barhenti dalam hentakannya kakinya dalam berjalan lalu menoleh manghadap Yolia yang berjalan pelan bersama itu. Dia membelalakkan matanya.
“Apa kata lo, gue cemburu? Nggak salah tu?!’
“Yaudah dong, kalo memang nggak jangan sewotnya, ah,” sahut Yolia seraya merangkulkan tangan kanannya ke pundak Chida.
Meskipun terkesan nggak suka dengan paham romantime Reza yang cenderung tebar pesona, merayu-rayu yang gak penting dan gonta ganti pacar secara kilat, tapi Chida sempat kepikiran juga. Apa sih yang membuat Reza gampang banget dapat pacar baru buat menggantikan pacar yang dia putusin? Chida menjadi bingung. Apa iya Reza punya semacm mantra-mantra atau jampi-jampi hingga membuat bayak cewek klepek-kelepek dan takluk padany?!
*****
“ Gimana perkembangan lo sama Koko?”, tanya Yolia pada Chida sesaat mereka tiba di kelas. Rencoko, yang dipanggil Koko itu adalah cowok lagi getol-getolnya usaha mendekati Chida. Kok itu satu kelas denagn si playboy Reza.
“Gimana apanya?”, Chida balik bertanya. Yolia mengenduskan napas tragis. “Jangan pura-pura nggak tau deh, Chi,“ kata Yolia dengan raut wajah bete. “Gue bisa liat dengan jelas, kok kalo Koko itu lagi gencar-gencarnya deketin lo, trus tanggapan lo gimana?”
Chida terlihat berpikir-pikir sejanak, lalu berkata, “ Hem... gimana ya? Koko baik sih, pinter lagi trus bisa dibilang cowok yang alim, tapi gue nggak mau pacaran, ah sama dia sekali pun di nembak gue terang-terangan!”
“ Lha, memang kenapa? Emang kriteria yang ada sama dia gak cukup buat ngejadiin dia sebagai pacar lo?
Chida menggeleng taktis seraya berkata, “Bukan. Lagian gue gak mau jdi orang yang sejahat itu, ah, buat menilai seorang cowok yang pengen jadi pacar gue”
“Iya, terus karena apa?” Tanya Yolia lagi seambil memutar bola matanya karena jengah .
“Gua nggak mau jadian sama dia karena dia pernah jadi pacar Ineta cewek sombong dan terkesan pecicilan nggak penting itu!”
Yolia ternganga mendenagr pengakuan sahabat yang sekaligus teman satu bangku nya itu. Dia merasa alasan Chida nggak masuk akal dan cenderung dibuat-buat. Apa karena pertarugan gengsi dengan Ineta, Chida lakukan itu? Kalo memang benar, kasihan sekali Koko.
“Cuma gara-gara itu? Parh banget ya?!
“loe tau sendiri,kan Yol, gimana nyebelinnya si Inta sama gue. Tiap dia ketemu gue bawaannya sirik melulu sama gue apa lagi sejak dia kalh di pemilihan ketua OSIS,” ujar Chida gregetan pas mengingat setiap perlakukan Ineta pemilihan ketua OSIS. Lagian apa iya nama baik sekolah bakalan naik pamornya kalo yang memimpinnya seorang cewek yang lebih mementingkan bersolek di sekolah ?!
“Hubungannya dengan Koko pa?”
“Intinya, gue nggak mau jadi bahan olok-olok dan ejekan Ineta cs kalo gue pacaran sama Koko yang notabene mantan pacarnya Ineta. Sumpah deh, amit-amit banget!”
Yolia berdecak lidah.
“ Kalo itu yang jadi alasan lo tetep aja lo jahat banget , Chi. Koko, kan nggak salah apa-apa?”
“Kok, lo jadi nyeramaihin gue sih, Yol!?” Chida berubah kesal. “Jangan-jangan lo lagi yang suka sama Koko?”
“Gue nggak suka sama Koko, lagian bukan maksud gue buat meramahin lo cuma masalah nya, alasan yang lo bilang itu……,” Yolia terpaksa menghentikan ucpannya karena dipotong cepat oleh Chida.
“Udah deh, Yol, gue nggak mau denger pendapat lo lagi. Yang jelas itu udah jadi keputusn gue. Titik!
Yolia akhirnya pasrah untuk menerusakan opini tentang alasan Chida untuk nggak menerima Koko jadi pacarnya kalopun cowok itu menyatakan cintanya lagi pada Chida. Padahal Yolia tahu betul sebenernya Chida juga suka pada Koko. Tak sekali-dua kalo Yolia menangkap Chida sedang memerhatikan Koko dari kejahuan.
“Ya, udah deh, chi, gue bisa ngomong apalagi kalo itu memang udah jadi keputusan lo,” sahut Yolia pasrah , berusaha memahami jalan pikiran Chida. “Gue cuma bias bilang, lo jangan terlalu milih-milih setiap cowok yang pingin deket sama lo. Lo sendiri yang pernah bilang sama gue kalo, lo mau melepas pridikat jomlo kronis lo itu? Kalo bukan lo sendiri yang melepas siapa lagi ?!”
Dentuman keras menohok hati Chida begitu mendengar apa yang dikatakan Yolia. Setelah berkata seperti itu, sepanjang sisa pelajaran, Yolia nggak berkata sepatah kata pun pada Chida dan itu praktis membuat Chida bingung dan nggak enak hati karena merasa bersalah.
*****
“Aku jomblo kronis?” Tanya Chida di depan cermin kamarnya.
Itulah kalimat yang di pertanyakan chida pada dirinya. Yolia kembali dengan sengaja menyadarkan Chida tentang betapa nggak enaknya menjadi seorang jomblo. Chida sangat-sangat sadar di SMA, dia belum pernah sama sekali mencecap yang namanya punya pacar. Bukankah biasanya remaja akan sedikit punya kesempatan untuk menentukan untuk punya pacar atau nggak selepas masa-masa SMP? Tapi, itu nggak berlaku buat Chida. Sampai sekarang dia belum punya pacar yang akan mengajaknya dating terutama di malam minggu, yang akan mengajaknya hang out dan belajar bareng atau mengantar dan menjemputnya dari dan menuju sekolahnya.
Sebenarnya, banyak cowok yang menaruh hati padaya di sekolah karena selain cantik, Chida termasuk cewek yang pintar dan aktif. Itu terbukti dari juara dua di kelasnya serta banyaknya kegiatan sebagai ketua OSIS. Chida memang bisa dibilang beruntung dengan semuanya itu, tapi itu nggak berlaku terhadap jalan cintanya.
Kalo dihitung-hitung ada enam cowok yang suka sama Chida, mereka termasuk cowok-cowok popular di sekolah. Bahkan dua di antaranya, sudah terang-terangan menyatakan rasa sukanya lewat surat atau dari mulut ke mulut berupa salam, salah satunya, ya si Koko yang punya nama asli Rencoko itu. Tapi yang paling heboh adalah Reza!
Reza?!
Ya, Reza pernah bilang suka sama Chida bahkan cowok itu menyatakan secara langsung dan itu semapt membuat chiba nggak percaya. Dia heran sejak kapan, sih cowok itu memerhatikan dia? Namun, biarpun begitu Chida nggak mau terlalu menanggapi pertanyaan cinta seorang playboy macam Reza , karena bagi Chida cinta seorang playboy nggak bakalan seratus persen! Dan memang benar apa yang dilakuakan Chida, buktinya Reza dengan cepat beralih ke cewek lain, seolah-olah di lupa pernah bilang cinta padanya .
“Apa iya benar yang dibilang sama Yolia kalo gue orangnya terlalu milih-milih cowok buat dijadiin pacar?”
Chida bertanya pada dirinya lagi, namun dengan pertanyaan yang berbeda. Tampaknya sendiri sedikit takut menerima kenyataan kalo itu benar.
Bukan tanpa alasan Chida disebut cewek yang terlalu ‘milih-milih’ dan bukannya Chida nggak mau mangakhiri masa jomblo kronisnya itu, namun dia cenderung takut untuk memulai satu hubungan terhadap cowok. Chida takut dikecewain, takut kalo-kalo nanti hubungannya dengan cowok yang tadi itu akan putus dan membuatnya patah hati berkepanjangan. Chida tahu pati nggak enak banget kalo harus patah hati dan ujung-ujung nya membuat hatinya sakit. Bukankah banyak banget sinetron dan film yang memainkan cerita seputar patah hati, termasuk di bait-bait kebanyakan lagu?
Chida nggak mau merasakan itu!
Tapi begitu mengingat Koko, kenapa ya Chida jadi kepikiran terus? Apa iya perasaan sukanya sudah berubah jadi cinta? Tahu-tahu mata Chida terpejam dan membayangkan sosok Koko di pikiranya
*****
Yolia dan Chida kembali berbaikan lagi keesokan harinya, seolah-olah di antara mereka nggak pernah terjadi adu argument sebelumnya. Keduanya menyadari kalo persahabatan diantara mereka terlalu kental karena kebersamaan mereka selama ini dan pada akhirnya semuanya imbang. Chida mau meminta maaf pada Yolia dan Yolia dengan besar hati mau memaafkan sahabatnya itu .
Seperti sekarang, Chida dan Yolia terlihat berjalan bersama menuju gerbang seusai jam sekolah usai .
“ Oya, Chi, ada sesuatu buat lo?” kata Yolia yang tiba-tiba berhenti dan merongoh sesuatu dari tasnya
“Sesuatu? Emang apaan sih, Yol?”
“Ini!”
Yolia menyodorokan surat yang dibalut amplop berwarna ungu pucat. Tertulis di sana ‘from Koko, for Chida.’
Chida menatap Yolia sesaat, padahal pikirannya sudah melayang ke sosok Koko. Ternyata, cowok itu masih saja tak gentar untuk menyatakan perasaannya sepanjang Chida bleum memutuskan mau menerima atau menolaknya.
“Gue cuma bertugas sebagai penyampai amanat doang, kok, Chi. Gue nggak mau adu argument lagi sama lo. Semua keputusan, kan ada di tangan lo?” kata Yolia sambil memasang senyum harap maklum.
“Menurut lo, Koko itu gimana sih, Yol?”
Yolia langsung merasa aneh sekaligus tertarik dengan pertanyaan Chida yang ditunjukan cewek itu padanya. Gerangan apa yang membuat Chida bertanya seputar tentang Koko.
“Gue rasa lo udah tau gimana pendapat gue tentang Koko dan itulah Koko di mata gue,” kata Yolia yang kembali berjalan namun pelan-pelan karena dia tahu obrolan ini nggak bakaan ‘kena’ kalo jalannya cepat-cepat. Terlihat chida mengiringi dengan mensejajari langkahnya.“ Tapi, kalo gue jadi lo, gua bakalan jujur sama diri gue sendiri-jujur sama perasaan gue kalo gue sebenernya juga sayang sama dia…”
Chida menarik napas lalu mengdenguskannya. Sambil tersenyum dia berkata, “ Lo bener, Yol. Cuma gue yang bisa mengakhiri predikat jomblo kronis yang melekat di diri gue selama ini!”
“Maksud lo?”
“Ya... gue harus jujur sama diri gue sendiri, sama perasaan gue kalo sebenernya gue juga sayang sama Koko. Terserah deh, Inete cs mau ngomong apa setelah tau kalo gue resmi jadi pacarnya Koko. Gue gak peduli!”
“Serius lo, Chi? Lo mau jadi pacar Koko?” Tanya Yolia dengan girang.
Chida mengangguk tegas. Tampak raut wajahnya senang bercampur lega karena bisa berkata jujur tentang rasa sayangnya pada Koko, sekaligus bisa mengakhiri masa-masa jomblo kronisnya selama ini!